Apa Saja Tempat Wisata di Kalimantan Selatan?

Table of Contents [Show]



Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia yang indah. Sama seperti wilayah lain di Indonesia, Kalimantan Selatan memiliki tempat-tempat wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Terletak di antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, wilayah ini menawarkan beberapa destinasi liburan yang ideal bagi Anda yang ingin menenggelamkan diri dalam alam dan suasana Indoneisa.

Terdapat sejumlah tempat wisata alam sehingga kita dapat merasakan keindahan hutan dan sungai, juga menjadi tempat kita dapat mengagumi keunikan flora dan fauna, Selian itu kita bisa mengenal lebih dekat kekayaan budaya Banjar yang mampu memadukan antara agama dan tradisi. Demikian pula perjalanan panjang sejarah masyarakat Banjar.

Ada banyak sekali kesempatan untuk melihat apa yang membuat Kalimantan Selatan begitu istimewa. Bersama dengan spesies tumbuhan dan hewan endemik seperti rambai, kasturi dan bekantan, pengunjung dapat menjelajahi budaya luar biasa masyarakat Banjar yang mendiami banyak bagian dari provinsi ini.

Selain keajaiban alamnya, Kalimantan Selatan adalah kawasan yang menarik dari segi budaya dan sejarah. Ini memiliki banyak area yang mencerminkan agama dan masa lalu. Di pusat kota Banjarmasin, misalnya, Anda dapat melihat Masjid Agung Sultan Suriansyah, sebuah masjid bersejarah tertua di Kalimantan Selatan (bahkan di Kalimantan) yang dibangun pada masa perintahan Sultan Suriansyah (1526 - 1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.

8 tujuan Wisata favorit di Kalimantan Selatan: 
  1. Masjid Sultan Suriansyah 
  2. Masjid Agung Al-Karomah Martapura 
  3. Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin
  4. Makam Datu Kalampayan
  5. Kiram Park 
  6. Bukit Mawar 
  7. Bukit Matang Kaladan 
  8. Bukit Batu Langara

01. Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin

foto: duniamasjid.islamic-center.or.id

Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah jejak sejarah keagungan agama Islam, agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Kalimantan Selatan dan penginggal budaya yang terletak di kota Banjarmasin, Indonesia. Masjid yang indah ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah sebagai wujud ketaatan beragama yang mendalam. Arsitekturnya mencerminkan gaya tradisional masjid-masjid Indonesia, dengan kubah dan menara pusatnya yang besar. Ini telah lama menjadi tengara utama bagi para pelancong ke daerah tersebut, dan berfungsi sebagai simbol agama dan budaya Islam di kawasan itu.

Masjid ini terbuka untuk pengunjung sepanjang tahun, memberikan kesempatan untuk mempelajari sejarahnya dan mengagumi arsitekturnya yang mengesankan. Di dalamnya, pengunjung dapat menemukan banyak lukisan dinding berwarna-warni yang menggambarkan pemandangan dari sejarah dan tradisi Islam. Saat menjelajahi bagian dalam rumah ibadah ini, orang juga dapat mengagumi pahatan kayunya yang rumit dan indah.

Bagi wisatawan yang memasuki kompleks Masjid Sultan Suriansyah, sering berdecak kagum, khususnya melihat peninggalan-peninggalan kuno yang masih dapat disaksikan kendati usianya sudah empat abad.

Barang-barang kuno tersebut memang erat hubungannya dengan sejumlah barang dari bagian masjid tertua tersebut. Peninggalan yang masih dapat disaksikan antara lain pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin, salah satu kayu yang tumbuh di Kalimantan dan dikenal sebagai kayu yang paling kuat. Orang umum menyebutnya “kayu besi”.

Sejumlah daun pintu yang ada di masjid juga masih ada yang dipertahankan karena kondisinya memang masih baik. Pada daun pintu sebelah timur terdapat lima baris inskripsi Arab. Demikian juga daun pintu sebelah barat, terdapat inskripsi sebanyak lima baris.

Pada bagian daun pintu sebelah barat dan timur terdapat inskripsi Arab berbahasa Melayu yang ditulis dalam bidang berukuran 0,5 x 0,5 meter. Dua daun pintu Lawang Agung (pintu utama) terdapat 2 buah tulisan inskripsi berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: “Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia”.

Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu.... (tidak terbaca)".

Kedua inskripsi ini menunjukkan telah berlangsung pembuatan Lawang Agung oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Sepuh atau Sultan Tamjidullah I (1734-1759), yaitu pada hari Senin, tanggal 10 Sya'ban 1159.

Pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin terdapat pelengkung mimbar dengan kaligrafi berbunyi "Allah Muhammadarasulullah". Kemudian, pada bagian kanan atas terdapat tulisan “Krono Legi: Hijrah 1296 bulan Rajab hari Selasa tanggal 17”.

Sedangkan, pada bagian kiri terdapat tulisan, “Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri”. Hal Ini berarti bahwa pembuatan mimbar terjadi pada hari Selasa Legi, tanggal 17 Rajab 1296 atas nama Haji Muhammad Ali al-Najr.

Peninggalan kuno yang juga masih dapat disaksikan adalah pada undak-undak di bawah tempat duduk mimbar yang jumlahnya sembilan buah dengan ukiran bermotif flora (tumbuh-tumbuhan). Sedangkan, pada tiap undakan terdapat ukiran medali berbentuk bunga.
 


Masjid ini telah direnovasi beberapa kali sepanjang sejarahnya dan masih berdiri sebagai bukti warisan Islam di wilayah tersebut. Namun, struktur dasarnya tetap dipertahankan karena masjid ini termasuk cagar budaya peninggalan Kesultanan Banjar

02. Masjid Agung Al-Karomah Martapura


Masjid Agung Al-Karomah Martapura merupakan bangunan megah dan indah yang telah berdiri di kota Martapura. Masjid ini berdiri sebagai bukti sejarah, budaya, dan keyakinan komunitas Islam setempat.

Masjid al Karomah Martapura di Indonesia adalah bukti menakjubkan arsitektur Islam dan sejarah budaya negara yang sangat dalam. Masjid megah berkubah ini berdiri megah di tengah Kota Martapura, Kalimantan Selatan, menarik wisatawan tidak hanya dari daerah tetapi dari seluruh dunia.

Masjid Agung Al-Karomah merupakan masjid terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan. Letak masjid yang berada di jalan nasional antarkota pun semakin menegaskan keberadaan masjid sebagai landmark dan pusat kegiatan religi di wilayah setempat.

Menurut hikayat, masjid yang pada awalnya bernama Masjid Jami’ Martapura ini selain sebagai pusat kegiatan keagamaan juga berfungsi sebagai markas dan benteng pertahanan saat era kolonial Belanda.

Sejarah pembangunan Masjid Agung Al Karomah Martapura dilatar belakangi beberapa peristiwa besar di masa lalu. Salah satunya yakni pembakaran Kampung Pasayangan oleh Belanda yang mengakibatkan masjid cikal bakal Masjid Alkaromah yakni Masjid Jami Pasayangan ludes terbakar.

Akibat peristiwa pembakaran tersebut, muncul keinginan masyarakat Banjar yang diprakarsai oleh 3 ulama besar di era tersebut yakni Tuan Guru Muhammad Natsir, Tuan Guru Muhammad Taher atau Datu Kaya serta Tuan Guru Muhammad Apip atau yang populer disebut Datu Landak.

Akhirnya pada 27 April 1863 sepakat mendirikan masjid terbesar di Kota Martapura dengan nama Al Karomah.

Pada awal berdirinya, bangunan masjid ini terinspirasi dari bentuk bangunan Masjid Agung Demak. Kala itu proses pembangunan masjid cukup unik karena menggunakan miniatur yang dibawa oleh utusan. Miniatur itu memiliki ukuran skala yang akurat sehingga mudah menyesuaikan dengan bentuk bangunan sebenarnya.

Masjid Jami’ mulai dibangun dengan ditandai oleh pencarian kayu ulin hingga ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Kayu ulin ini digunakan sebagai tiang soko guru. Tiang ini berjumlah empat buah dan berfungsi sebagai pelingkup ruang cella atau ruang keramat yang terletak tepat di depan ruang mihrab. 



Hingga saat ini, empat tiang itu masih berdiri kokoh. Untaian bunga pada bagian badan menjadi pembeda keempat tiang ini dengan tiang lainnya.

Selain tiang soko guru, beberapa peninggalan sejarah pada detail bangunan pun masih digunakan hingga sekarang. Salah satunya adalah mimbar yang telah berusia lebih dari satu abad. Mimbar ini berbentuk panggung dengan elemen hias ukiran untai kembang.

Hingga saat ini masjid telah direnovasi besar tiga kali, terakhir pada tahun 2004. Masjid dipugar dan dibentuk dengan inspirasi gaya modern Eropa, Timur Tengah, dan Nusantara dalam hal ini gaya tradisional Demak.

Masjid Jami’ resmi berubah nama menjadi Masjid Agung Al-Karomah yang berarti “kemuliaan” pada 12 Rabiul Awal 1415 H atau bertepatan dengan 23 Mei 1994 dalam perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.

Sebuah kemuliaan yang memadukan semangat modernitas dan tetap mempertahankan nilai sejarah pada bangunan masjid ini menjadikannya sebagai pendamping setia proses perkembangan sosial kemasyarakatan di Martapura khususnya, di Kalimantan Selatan umumnya.

03. Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin


Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah masjid menakjubkan yang terletak di kota Banjarmasin, Indonesia. Bangunan megah ini merupakan bagian penting dari kehidupan budaya dan agama di daerah ini, menarik pengunjung dari seluruh penjuru. 

Arsitekturnya yang mengesankan dan dekorasi yang rumit menjadikannya tujuan populer baik bagi penduduk lokal maupun turis. Mulai dibangun pada tahun 1974, masjid ini telah menjadi landmark ikonik di Banjarmasin yang terkenal akan keindahan dan maknanya bagi agama Islam.

Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, Gubernur Subardjo dengan resmi melakukan pemancangan tiang pertama pada tanggal 10 November 1974 seusai memperingati Hari Pahlawan. Setelah proses pembangunan kurang lebih 5 tahun maka pada tanggal 31 Oktober 1979 tepat pada Hari Raya Idul Adha 1399 H untuk pertama kalinya masjid raya tersebut dipergunakan oleh umat Islam, meskipun masih banyak yang perlu dibenahi dan disempurnakan seperti menara, halaman sekeliling masjid, sarana jalan dan sebagainya.

Untuk penyempurnaan yang masih diperlukan pada pembangunan itu masyarakat Banjarmasin baik muslim maupun nonmuslim turut serta membantu penyelesaian masjid raya dari berbagai cara, baik secara materi maupun nonmateri.

Masjid yang namanya merupakan nama sebuah kitab yakni “Kitab Sabilal Muhtadin Littaffaquh fi Amriddin” dan sebagai bentuk penghormatan terhadap ulama besar pengarangnya yakni Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary (Datuk Kelampayan) tersebut dibangun di atas tanah luas bekas asrama tentara Tatas. 

foto: jejakrekam.com

Pada era kolonialisme Belanda, tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas.

Secara keseluruhan bentuk masjid tergolong unik dengan penempatan kubah yang berbentuk bulat pipih di atas bangunan berbentuk geometris kotak persegi panjang. Di sekeliling bangunan terdapat empat menara kecil, masing-masing setinggi 21 meter dan satu menara utama setinggi 45 meter.

Gaya arsitektur Timur Tengah yang diadopsi masjid ini terlihat dari elemen hias kaligrafi yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat Al-Quran dan Asma’ul Husna yang ditulis dalam gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik, semakin menambah nilai estetis untuk meningkatkan pujian kepada Yang Mahakuasa.

Di samping itu, motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh- tumbuhan juga digunakan. Selain memberikan kesan hidup dan dinamis, motif ini dimaksudkan untuk menghindari relief menjadi gambar pemujaan seperti yang banyak terjadi pada motif bergambar manusia dan hewan.

Penggunaan kubah besar, tiang- tiang kokoh, serta dinding tebal dan padat di masjid kerap memberikan nuansa yang berat dan terkadang terasa menekan. Oleh karenanya diberikan penyeimbang berupa bentuk kerawang pada pintu-pintu dan dinding. Bentuk kerawang ini memberikan suasana “ringan” yang ditimbulkan dari sifat tembus pandangnya.

Penggunaan elemen untuk menimbulkan rasa ringan juga terlihat pada lampu hias di bagian dalam ruang utama. Lampu hias terdiri dari 17 buah unit gantungan dengan ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 meter

Masjid Raya Sabilal Muhtadin memang ditujukan sebagai pusat kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat Banjarmasin. Sangat wajarlah bila di dalam kompleks masjid tersebut pun terdapat Taman Maskot dan Siring Sungai Martapura yang merupakan objek wisata

04. Makam Datu Kalampayan


foto: banjarmasin.tribunnews.com

Terletak di Desa Kelampaian Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan

Datuk Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary adalah pengarang kitab yakni “Sabilal Muhtadin Littaffaquh fi Amriddin” yang namanya dijadikan sebagai nama Masjid kebanggaan warga Kalimantan Selatan, yakni Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Kitab tersebut juga hingga sekarang tetap menjadi bahan pegangan dalam menuntut ilmu agama. Bahkan, kitab Sabilal Muhtadin ini tersiar luas di Asia Tenggara bahkan sampai Mekkah

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary lahir di di Lok Gabang, Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 15 Safar 1122 H/19 Maret 1710 M

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary wafat hari Selasa, 6 Syawal 1227 H bertepatan dengan tanggal 03 Oktober 1812 M. Dimakamkan di Desa Kalampayan Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.

Di Tanah Suci Makkah dan Madinah beliau belajar kepada para ulama yang terkenal, antara lain:
  1. Syekh Athaillah bin Ahmad Al Mishri Al-Azhar, Makkah;
  2. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Madinah. Syaikhul Islam Imamul Haramain kala itu
  3. Syekh Muhammad bin Abdul Karim As Sammany Al-Madani, dalam bidang ilmu tasawuf yang akhirnya beliau mendapat ijazah dengan kedudukan khalifah (wakil);
  4. Syekh Ahmad bin Abdul Mun’m Ad-Damahuri

Karya-karya besar beliau:
foto: alif.id
 
  1. Kitab Sabilal Muhtadin, berisi tentang fikih;
  2. Kitab Risalah Ushuluddin, kitab tauhid bahasa Melayu tulisan Arab, ditulis pada tahun 1188 H;
  3. Kitab Tuhfatur Raghibin, berisi tentang tauhid, ditulis pada tahun 1188 H;
  4. Kitab Kanzul Ma’rifah, berisi tentang ilmu tasawuf;
  5. Kitab Luqthatul ‘Ajlan, kitab khusus membahas fiqih tentang perempuan;
  6. Kitab Faraid, berisi tentang tata cara pembagian waris;
  7. Kitab Al-Qawlul Mukhtashar, berisi tentang Imam Mahdi, ditulis pada tahun 1196 H;
  8. Kitab Ilmu Falak, berisi tentang astronomi;
  9. Kitab Fatawa Sulayman Kurdi, berisi tentang fatwa-fatwa guru beliau Sulaiman Kurdi;
  10. Kitabun Nikah, berisi tentang tata cara perkawinan dalam syariat Islam

05. Kiram Park



Objek wisata yang berada di Jalan Kiram, Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar ini memiliki daya tarik tersendiri yang menjadikan pengunjung semakin berdatangan.

Daya tarik tersebut diantaranya:
 
1. Memiliki Pemandangan Pegunungan yang Memukau

Objek wisata ini menyuguhkan pemandangan perbukitan dan pepohonan. Selama berada dikawasan Kiram Park, Anda akan selalu menemukan banyak macam pohon yang ditanam. Selain itu juga terdapat banyak macam jenis bunga yang menghiasi objek wisata ini. Karena memiliki banyak pepohonan menjadikan objek wisata ini memiliki udara yang bersih dan sejuk.

2. Memiliki Replika Kapal Nabi Nuh


Replika kapal nabi Nuh menjadi daya tarik objek wisata ini. Pasalnya pengunjung akan berfoto di atas replika kapal tersebut karena disamping itu pemandangannya cukup indah dengan warna hijau segar dari dedaunan. Replika kapal tersebut dibangun di atas ketinggian dan diberi nama “kapal nabi Nuh”.

Selin itu terdapat pula kebun anggrek yang luas. Sehingga Anda dapat berkeliling dan berfoto bersama bunga anggrek yang indah dan memiliki berbagai macam jenis. Ada juga tanaman hidroponik yang dapat Anda lihat dan kunjungi ketika berada di Kiram Park.

Bagi pengunjung yang menyukai tantangan, di objek wisata ini juga menyediakan arena outbond. Anda dapat menggunakan arena tersebut bersama teman atau keluarga. Banyak permainan yang disediakan dari permainan yang ringan hingga yang ekstrem dapat Anda coba. Anda juga dapat menyewa arena outbond jika sedang mengadakan acara bersama komunitas Anda.

06. Bukit Mawar



Objek wisa Bukti Mawar berlokasi di Jonggol, Kiram, Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Bukit Mawar mempunyai taman bunga yang menarik ketika dikunjungi. Bunga yang ada disana tampak tumbuh segar dan mempunyai corak warna-warni. Siapapun yang melihat pasti merasa kagum karena kecantikan kawasan masih terjaga dengan baik.

Bukit Mawar menawarkan keindahan alam dan petualangan. Tempat ini menjadi semakin populer setelah banyak wisatawan mengunggah foto dari wisata ini di Instagram. Di puncak Bukit Mawar, pandangan kita akan dimanjakan oleh areal perbukitan hijau, yang didominasi oleh hutan pinus. Udara di sana juga masih segar dan terasa menyejukkan karena jauh dari polusi kendaraan ataupun pabrik

07. Bukit Matang Kaladan



Bukit Matang Kaladan terletak di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Bukit ini berada di area dermaga bendungan Riam Kanan

Di atas bukit Matang Kaladan juga sesekali akan terdengar siulan burung yang menyatu dan serasi dengan hembusan angin. Yang menyebabkan pengunjung untuk betah berlama lama di tempat wisata itu. 

Menariknya, bukit tersebut juga menawarkan beberapa spot yang cocok untuk pengunjung berburu foto instagramable. Bahkan disana juga tersedia hammock yang telah disiapkan warga, guna menunjang kenyamanan pengunjung di bukit Matang Kaladan.

Untuk bisa mencapai puncak bukit, pengunjung perlu melakukan pekerjaan yang tidak mudah. Sangat perlu untuk menyiapkan fisik dan peralatan tertentu agar bisa menaklukkan bukit tersebut.

Bukit Matang Kaladan memiliki kemiringan yang dapat mencapai 60 derajat. Namun tidak hanya medannya saja yang terjal dan sulit, hembusan angin darat pun dapat mengganggu jalannya pendakian

Untuk mencapai puncak bukit, terdapat dua jalur. Pada jalur pertama terdapat jalan setapak yang sebagian telah dipasangi anak tangga, dan sisanya mengandalkan akar pohon yang ada sebagai pijakan maupun pegangan. Sebelum sampai di puncak, jalur yang dilalui mulai sedikit curam. Tersedia susunan ban bekas untuk berpijak. Jalur ini memang relatif susah untuk dilalui, hal tersebut karena curam dan tidak tertutupi pepohonan sehingga cukup terik.

Untuk jalur yang kedua terdapat jalan yang lebih landai. Jika tidak merasa terburu buru ke puncak, bisa mengambil jalur yang satu ini. Pasalnya jalur ini memiliki suasana yang berbeda di hutan, namun jalannya lebih mudah karena terdapat jalan setapak yang mengarah langsung ke Bukit Matang Kaladan. Meskipun begitu, tersedia tali bagi setiap wisatawan yang ingin mendaki hingga puncak bukit
 

foto: Instagram @raisarhmh

Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di puncak bukit Matang Kaladan. Akan tetapi jika telah mencapai bibir bukit, rasa lelah untuk mendaki akan hilang tergantikan dengan rasa kagum pesona indahnya pemandangan di depan mata.

08. Bukit Batu Langara


foto: indonesiakaya.com

Berlokasi di Desa Lumpangi Kecamatan Loksado dan berjarak sekitar 10 km dari Kota Kandangan (ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan).

Kita dapat menikmati keindahan alam Loksado dari ketinggian dengan mendaki Bukit Langara. Namun dibutuhkan Waktu trekking untuk sampai ke puncak bukit batu ini adalah sekitar 30-60 menit, tergantung dengan kondisi fisik masing-masing

Dari kejauhan pun nampak terlihat Pegunungan Meratus sepanjang ±600 km² yang membentang dengan indahnya. Dihiasi pepohonan hijau yang rimbun nan asri, semakin menjadikan panorama 360 derajat dari puncak Bukit Langara ini sempurna. Dengan pesonanya yang indah, bukit ini juga merupakan spot favorit untuk menyaksikan keindahan sunrise dan sunset dari ketinggian.

Related Posts

0 Comments:

Post a Comment


Copyright © Cinta Negeriku. All rights reserved.
Logo generated by DesignEvo free logo designer
Disclaimer | Privacy Policy | Term of Use | Sitemap | Contact